Ibu hamil saat ini rentan mendapat 'hadiah' virus HIV secara tidak terduga. Akibatnya, risiko besar mengancam janin yang dikandungnya juga ikut-ikutan tertular.
Kasubdit HIV/AIDS dan Penyakit Menular Seksual Ditjen P2PL Kementerian Kesehatan RI, dr Siti Nadia Tarmizi menjelaskan, HIV paling mudah ditularkan lewat darah. Sementara janin yang ada di dalam kandungan, mendapat asupan makanan dari darah melalui tali plasenta.

"Kuman HIV ada di dalam darah. Sementara bayi itu makannya lewat tali plasenta. Itu menjadi tempat darah bertukar," ujar dr Nadia saat ditemui di Kantor Kementerian Kesehatan RI, Jakarta Selatan, kemarin.
Oleh karena itu, dr Nadia mengatakan, ibu hamil yang terdeteksi positif HIV, wajib meminum obat antiretroviral (ARV). Terapi ini sangat efektif dapat menekan jumlah virus di dalam darah, sehingga tidak terjadi penularan.
"Ibu yang rajin minum ARV, jumlah virus di dalam tubuhnya kurang dari 1000 per mililiter. Itu sudah tidak menularkan ke bayinya," imbuh dia.
Jadi, dapat dibayangkan, kata dr Nadia, apabila seorang ibu hamil positif HIV lalai minum ARV, tubuhnya akan diserang ratusan ribu virus. Inilah yang memudahkan virus berpindah ke tubuh janin sampai ia dilahirkan nanti.
Oleh karena itu, dr Nadia mengatakan, ibu hamil yang terdeteksi positif HIV, wajib meminum obat antiretroviral (ARV). Terapi ini sangat efektif dapat menekan jumlah virus di dalam darah, sehingga tidak terjadi penularan.
"Ibu yang rajin minum ARV, jumlah virus di dalam tubuhnya kurang dari 1000 per mililiter. Itu sudah tidak menularkan ke bayinya," imbuh dia.
Jadi, dapat dibayangkan, kata dr Nadia, apabila seorang ibu hamil positif HIV lalai minum ARV, tubuhnya akan diserang ratusan ribu virus. Inilah yang memudahkan virus berpindah ke tubuh janin sampai ia dilahirkan nanti.